Padang Aro – Pemerintah Kabupaten Solok Selatan optimistis pembukaan jalur pendakian Gunung Kerinci melalui wilayahnya akan menjadi pengungkit ekonomi baru di sektor ekowisata. Untuk memastikan potensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal, pemerintah daerah telah menyiapkan investasi infrastruktur tambahan yang akan direalisasikan pada 2026.
Hal tersebut disampaikan Bupati Solok Selatan, H. Khairunas, saat membuka kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Pendamping Desa Binaan, dan Masyarakat Mitra Polhut sekaligus meresmikan Camping Ground Bukit Bontak dan pintu jalur pendakian Gunung Kerinci via Solok Selatan di Bukit Bontak, Kamis (23/10/2025).
“Pembukaan jalur pendakian Gunung Kerinci melalui Solok Selatan bukan sekadar membuka akses wisata, tetapi juga membuka pintu masa depan bagi pertumbuhan ekonomi daerah melalui investasi dan pemberdayaan masyarakat lokal,” ujar Bupati Khairunas.
Ia menjelaskan, pada tahun 2026 pemerintah daerah telah menganggarkan dana sebesar Rp1,1 miliar untuk peningkatan jalur pendakian tersebut. Sebelumnya, pada tahun ini telah direalisasikan investasi senilai Rp1,5 miliar untuk pengerasan jalur melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD).
Pemerintah juga merencanakan pembangunan tiga jembatan baru dari total lima jembatan yang dibutuhkan, sehingga waktu tempuh pendakian yang kini sudah dipangkas menjadi tiga hari dua malam akan semakin efisien.
Bupati menegaskan bahwa seluruh investasi yang telah dan akan dilakukan akan dihibahkan untuk dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
“Pemerintah daerah tidak ikut mengelola, tapi ikut menjaga. Ini bentuk kolaborasi agar lebih banyak orang datang ke Solok Selatan,” tegas Khairunas.
Senada dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan, drh. Indra Exploitasia Semiawan, mengungkapkan bahwa potensi nilai transaksi ekonomi berbasis lingkungan di Sumatera Barat masih sangat besar, termasuk di Kabupaten Solok Selatan.
“Nilai transaksi ekonomi berbasis lingkungan di Sumatera Barat baru mencapai sekitar Rp1,3 miliar, sedangkan di Jawa Timur sudah menembus Rp1,7 triliun. Ini tantangan bagi Sumatera Barat untuk terus meningkatkan nilai ekonominya melalui pengembangan usaha berbasis lingkungan,” jelas Indra.
Menurutnya, desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan dan konservasi perlu menjadi mandiri secara ekonomi tanpa harus bergantung pada pemanfaatan hutan secara eksploitif. Pembangunan berbasis ekowisata dan jasa lingkungan menjadi solusi untuk menjaga kelestarian alam sekaligus menyejahterakan masyarakat.
“Hutan harus tetap lestari, tetapi pembangunan dan ekonomi juga harus berjalan. Kuncinya adalah sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait,” tutup Indra.
infopublik.id
Foto: Foto bersama pada Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Pendamping Desa Binaan, dan Masyarakat Mitra Polhut sekaligus Peresmian Camping Ground Bukit Bontak dan Pintu Jalur Pendakian Gunung Kerinci Melalui Solok Selatan di Camping Ground Bukit Bontak, Kamis (23/10/2025).





